Tugas Individu
MAKALAH
METODE
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Disusun
Oleh :
YUSFIATI
(17010102044)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN
AJARAN 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………….....
A. Latar Belakang………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...
C. Tujuan……………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….
A. Pengertian Metode Pembelajaran………………………………...………...
B. Macam-macam Metode Pembelajaran……………………………………...
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...
i
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Metode pembelajaran bahasa Arab telah mendapatkan perhatian dari
para pakar pembelajaran bahasa dengan melakukan berbagai kajian dan penelitian
untuk mengetahui efektifitas dan kesuksesan berbagai metode pembelajaran.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh para ahli pendidikan bahwa
metode harus memenuhi unsur-unsur penting yaitu merupakan seperangkat cara
menyampaikan pembelajaran, adanya guru sebagai pembawa pesan, memanfatkan
fasilitas yang ada, ada tujuan yang ingin dicapai, menciptakan situasi yang
mendukung, dan melibatkan subyek didik.[1]
Metode secara umum adalalah segala hal yang termuat dalam setiap
proses pengajaran, baik itu pengajaran matematika, kesenian, olahraga, ilmu
alam dan lain sebagainya. Semua proses pengajaran yang baik maupun yang jelek
pasti memuat berbagai usaha, memuat berbagai aturan serta didalamnya terdapat
sarana dan gaya penyajian.[2]
Dalam makalah ini penulis akan membahas metode pembelajaran bahasa
Arab. Mengapa metode pembelajaran begitu penting? Alasannya karena itu sangat
mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran bahasa Arab yang mencakup empat keterampilan
berbahasa, yaitu istima’, kalam, qira’ah dan kitabah. Oleh karena
pentingnya metode dalam pembelajaran bahasa Arab, maka seorang guru dituntut
untuk menguasai banyak metode pembelajaran bahasa Arab.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan metode pembelajaran bahasa Arab?
2.
Apa
saja macam-macam metode pembelajaran bahasa Arab?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian metode pembeljaran bahsa Arab
2.
Untuk
mengetahui macam-macam metode pembelajaran bahsa Arab
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode Pembelajaran Bahasa Arab
Metode ialah jalan (cara) yang ditempuh oleh guru untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada murid dengan memperhatikan tujuan umum dan
tujuan khusus serta memperhatikan keadaan murid (Abubakar Muhammad, 1981 : 8).[3]
Pembelajaran adalah usaha yang dilakukan guru agar murid selalu
terlatih menggunakan kemampuan otaknya, serta mengarahkannya, sehingga mampu
melaksanakan tugas kewajibannya sebaik-baiknya. Untuk itu guru harus membantu
murid untuk memahami sesuatu dan melaksanakannya serta menerapkannya dalam
segala persoalan yang sama dengannya (Abubakar Muhammad, 1981 : 1).[4]
Sedangkan Bahasa Arab merupakan bahasa yang digunakan oleh orang
arab, sebagaimana menurut Syaikh Musthafa Al-Ghulayaini yang dikutip oleh Ahmad
Muhtadi Anshor (2009 : 6) “ al-lughah al-„arabiyyah hiya al-kalimat allati
yu‟abbiru biha „an aghrâdihim” yaitu, bahasa Arab adalah kata-kata yang
dipergunakan orang Arab untuk mengungkapkan segala tujuan atau maksud mereka.[5]
Dari definisi-definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa metode
pembelajaran bahasa Arab adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa saat berlangsungnya pengajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik agar mampu mengetahui, memahami serta
mengembangkan kemampuan mereka dalam mata pelajaran bahasa Arab.
Ibnu khaldun berkata, “sesungguhnya pembelajaran itu merupakan
profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena ia
sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan
ketaletan, sehingga menjadi cakap dan professional.” Penerapan metode
pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media
pengantar materi pembelajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan metode
itu.
Secara sederhana, metode pembelajaran bahasa Arab dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu metode tradisional/klasikal dan yang kedua, metode
modern. Metode pembelajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pembelajaran arab
yang terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu”sehingga belajar bahasa Arab
berarti belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik
aspek gramatika/sintaksis (qawaid nahwu), morfem/morfologi (qawaid as-sharf)
ataupun satra (adab). Metode pembelajaran bahasa Arab modern adalah metode
pembelajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa
Arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti
belajar bahasa Arab adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara
aktif dan mampu memahami ucapa atau ungkapan dalam bahasa Arab. [6]
B.
Macam-macam Metode Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam
metode pengajaran seorang guru diharapkan untuk bisa menghidupkan suasana kelas
atau menumbuh kegiatan belajar siswa. Tugas guru yaitu memilih metode yang
tepat untuk menciptakan proses pembelajaran yang baik.
1.
Metode
Nahwu Wa Tarjamah (Grammar and Translation Methold)
a)
Pengertian
Metode ini merupakan sebuah metode pembelajaran bahasa arab yang
dalam prosesnya mengajarkan kaidah-kaidah tata bahasa dan kosakata untuk memahami teks berbahasa Arab. Dalam
aplikasinya metode ini menggunakan bahasa peserta didik sebagai bahasa
pengantar.
Metode Gramar dan Translation merupakan hasil karya pemikiran
sarjana jerman yang bernama Johan Seidenstrucher, Karl Poltz, H.S. Ollendorf
dan Johan Meidinger. Metode ini merupakan metode tertua dalam pembelajaran
bahasa Asing sehingga disebut juga sebagai metode traditional. Dalam bukunya,
Tarigan menyebutkan secara singkat tentang latar belakang munculnya metode ini,
meskipun sukar untuk mendapatkan sejarahnya yang lengkap dan terperinci
mengenai metode grammar dan translation ini, tetapi merupakan suatu fakta bahwa
pengajaran tata bahasa dan terjemah telah berlangsung dalam pembelajaran bahasa
selama berabat-abat lamanya. Pada pertengahan abad ke-19. Ploetz di Jerman
mengadopsi buku teks bahasa Prancis karya Seidenstruker untuk dipakai di
sekolah-sekolah, dengan demikian metode grammar dan translation ini menjadi
metode utama untuk mengajarkan dasar-dasar tata bahasa. Barangkali metode ini
juga menjadi metode terbanyak yang terbesar di negara Indonesia dan
pondok-pondok pesantren.[7]
b)
Ciri-ciri
metode Gramatikal dan Tarjamah
1)
Metode
ini lebih menitik beratkan pada pengajaran skill membaca, menulis dan
menerjemah.
2)
Metode
ini menggunakan bahasa peserta didik sebagai bahasa pengantar untuk mengajarkan
bahasa Arab. Dengan kata lain, metode ini menggunakan terjemah sebagai sarana
pokok dalam mengajarkan bahasa Arab.
3)
Metode
ini banyak mengajarkan kaidah-kaidah nahwu
4)
Dalam
pembelajaran, guru sering menganalisa kaidah nahwu yang ada pada
kalimat-kalimat bahasa Arab, kemudian guru meminta peserta didik untuk
menganalisa kaidah nahwu yang ada dalam sebuah kalimat sebagaimana yang
dilakukan oleh guru.[8]
5)
Membaca
dan menulis menempati posisi yang utama dalam pembelajaran bahasa Arab,
sehingga berbicara dan istima’ tidak diperhatikan.
6)
Dalam
pembelajaran bahasa Arab, metode ini menambah pengetahuan kebahasaan peserta
didik tentang kaidah bahasa Arab dan terjemahannya.[9]
c)
Langkah-langkah
penggunaan metode gramatika dan terjamah[10]
1)
Pendahuluan,
memuat berbagi hal yang berkaitan dengan materi yang akan disjikan baik berupa
appersepsi atu tes awal tentang materi atau yang lainnya.
2)
Guru
memberikan pengenalan dan definisi kaidah-kaidh tertentu dalam bahasa Arab yang
harus dihafalkan sesuai dengan materi yang akan disajikan. Misalnya, materi
yang akan disajikan mengandung kaidah mubtad-khabar.
3)
Guru
memberikan materi teks bahasa Arab sebagai materi pokok (diambil dari buku
pegangan), lalu mengajak siswa untuk menerjemahkn kata demi kata, kalimat demi
kalimat, sampai paragraf demi kalimat. Para pelajar setelah itu disuruh
mencocokkahn kaidah-kaidah yang telah di hapalkan dengan yeks baru itu. dalam
hal ini diharapkan mereka dapat mengidentifikasi mubtada-khabar sebagaimana
yang telah mereka hapalkan.
4)
Setelah
para pelajar selesai mengidentifikasi mubtada-khabar denagn baik, guru
memberikan daftar kosakta untuk dihpalkan. Kata-kata itu lepas dari konteks
kalimat, dan guru menyuruh para pelajar untuk memberi terjemahan kosakata itu.
5)
Sebagai
kegiatan akhir, guru memberikan pekerjaan rumah yang berupa persipan terjemahan
untuk dibahas pada pertemuan berikutnya.
d)
Kelebihan dan kekurangan Metode Gramatikal dan Terjemah
Kelebihan
Metode Gramatikal dan Terjemah
1)
Para
pelajar bisa hapal kosakata dalam jumlah yang relatif banyak dalam setiap
pertemuan.
2)
Para
pelajar bisa hapal kaidah-kaidah bahasa Arab yang disampaikan dalam bahasa
sehari-hari atau sebaliknya.[11]
3)
Meskipun
belum dengan sendirinya peserta didik dapat aktif atau lancar berkomunikasi
dengan bahasa Arab, tetapi paling tidak peserta didik dapat berbahasa Arab
secara pasif, artinya peserta didik dapat membaca dan menerjemahkan buku-buku
bacaan
4)
Metode
ini dapat membantu peserta didik untuk bisa menulis teks berbahasa Arab dengan
cara latihan menerjemahkan teks dari bahasa mereka ke dalam bahasa Arab.[12]
5)
Cocok
bagi semua tingkat linguistik para siswa (mubtadi’, mutawasith, mutaqaddim),
para siswa dapat memperoleh aspek-aspek bahasa yang signifikan dengan bantuan
buku saja tanpa pertolongan guru.[13]
Kekurangan
metode gramatikal dan terjemah[14]
1)
Metode
ini mengabaikan skil berbicara yang merupakan skill utama yang seharusnya di
pelajari oleh peserta didik ketika belajar bahasa Arab
2)
Metode
ini banyak menggunakan bahasa peserta didik (bahasa Indonesia) sehingga
menjadikan bahasa Arab yang dipelajari sedikit sekali digunakan dalam proses
pembelajaran bahasa. Para peserta didik juga tidak mendapatkan waktu yang cukup
untuk melatih kemampuan bahasa Arab yang ia pelajari.
3)
Metode
ini menghilangkan perbedaan antara peserta didik yang belajar bahasa dengan
peserta dengan peserta didik belajar ilmu bahasa, karena tujuan dari metode ini
adalah menambah pengetahuan peserta didik tentang bahasa, asal-usulnya,
kaidahnya dan bagaimana cara menerjemahkannya kedalam bahasa Indonesia.
4)
Tidak
adanya motivasi belajar dari kebanyakn peserta didik, khususnya bagi peserta
didik yang pandai, karena tidak adanya kegiatan pembelajaran yang yang
bermacam-macm sehingga mereka ditimpa kemalasan.
5)
Pembelajaran
bahas Arab yang dilakukan oleh guru akan terlihat monoton, karena proses
pembelajarannya hanya berkisar tentang membac, menulis, menerjemah, menganalisa
kaidah nahwu, dan menghafal kosakata atau kaidah nahwu saja sehingga dapat
menjadikan peserta didik malas belajar bahasa Arab.
2.
Metode
Langsung
a)
Pengertian
Metode Langsung
Metode
ini sebagai pengganti penggunaan proses pembelajaran bahasa yang lebih
menganalisa keterangan kaidah bahasa di dalam kelas, sebaiknya guru bersemangat
menggunakan bahasa asing ketika menyampaikan pelajaran dan mengajar di kelas,
dengan demikian para peserta didik akan menjadi mampu menyimpulkan kaidah
nahwu. Peran guru sebagai diktet pada awal-awal pembelajaran. Pembelajaran kalam
dimulai dengan memperbanyak bicara, bisa menggunakan kosakata yang telah
dikenal dalam mengajarkan kosakata baru dengan metode menirukan, pemeragaman
dan gambar.
Metode
ini bertujuan untuk mengajarkan peserta didik berfikir dengan bahasa
asing(Arab) tanpa harus menerjemahkannya terlebih dahulu dalam waktu yang
cepat, karena metode ini mengajarkan bahasa dengan langsung menghadapkan
peserta didik pada situasi lingkungan yang bisa menjelaskan makna kosakata
6
dengan cara
menghubungkan antara rumus bahasa dengan maknanya secara langsung, tanpa adanya
perantara terjemah ke dalam bahasa Indonesia.[15]
b)
Pembagian
metode langsung[16]
Menurut Al-Naqah (2010), ada tiga metode yang sangat lekat dengan
metode langsung, bahkan merupakan bagian berkesinambungan dalam metode langsung,
ketiga metode itu adalah metode psikologi (al-thariqah al-sikulujiyyah/
psychological method), fonetik (al-thariqah al-shautuyyah/ phonethic
method), dan alamiah (al-thariqah al-thab’iyyah/ natural method).
1)
Metode
psikologi (al-thariqah al-sikulujiyyah/ psychological method)
Disebut metode
psikologi karena proses pembelajarannya didasarkan atas pengamatan perkembangan
mental dan asosiasi pikiran. Ciri-ciri metode ini antara lain:
· Penggunaan benda, diagram, gambar dan chart untuk menciptakan
gambaran mental dan menghubungkannyadengan kata yang diucapkan.
· Kosakata dikelompokkan ke dalam ungkapan-ungkapan pendek yang
berhubungan dengan sustu masalah yang masih sati pelajaran.
· Pelajaran mula-mula diberikan secra lisan, kemudian diberikan
bagian demi bagian berdasarkan materi dari buku.
· Jika sangat diperlukan, bahasa pelajar dapat digunakan.pelajaran
mengarang baru diperkenalkan setelah diberikan beberapa pelajaran terlebih
dahulu.
2)
Metode
fonetik (al-thariqah al-shautuyyah/ phonethic method)
Metode ini
dikenal juga dengan metode ucapan (al-thariqah al-nuthqiyyah/ oral method).
Disebut metode fonetikkarena materi pelajaran ditulis dalam nitasi fonetik,
bukan ejaan seperti yang lazim digunakan. Dalam prakteknya metode ini mengawali
proses pembelajaran dengan latihan pendengaran terhadap bunyi. Setelah itu
dilanjutkan dengan latihan pengucapan kata, lalu kalimat pendek, dan akhirnya
kalimat yang lebih panjang.
3)
Metode
alamiah (al-thariqah al-thab’iyyah/ natural method)
Metode ini
merupan kelanjutan dari metode fonetik. Disebut alamiah karena belajar bahasa
Asing disamakan seperti belajar bahasa ibu. Belajar bahasa ibu biasanya
berdasarkan kepada perilaku atau kebiasaan sehari-hari yang berlangsungsecara
alamiah. Karena iti metode alamiah kadang-kadang disebut metode kebiasaan (al-thariqah
al-‘adiyyah/ customary method). Dalam prakteknya ada beberapa hal yang
membedakaanya denagn metode lain, antara lain:
· Mendasarkan teori pada kebiasaan anak-anak dalam mempelajari bahasa
ibunya.
· Langkah pertama pengajaran adalh bunyi (tanpa buku) dilanjutkan
kemudian oleh pengenalan kata dan kalimat secara lisan dilengkapi oleh
pengenalan benda dan gambar.
· Kata dan istilah yang baru diajarkan melalui kata-kata yang telah
dikenal sebelumnya.
· Gramatika digunakan untuk membetulkan kesalahan-kesalahan.
· Penggunaan kamus untuk membantu mengingat kata-kata yang sudah
dilupakan
c)
Langkah-langkah
penggunaan metode langsung[17]
1)
Pendahuluan,
memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan baik
berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi atau yang lainnya.
2)
Guru
memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rileks, dengan bahasa yang
biasanya digunakan sehari-hari secara berulang-ulang. Materi ini disajikan
secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat, dramatisasi-dramatisasi,
atau gambar-gambar. Bahkan jika diperlukan pelajar dibawa ke alam nyata untuk
memudahkan peragaan atu menunjukkan benda-benda yang berkaitan dengan materi
yang disajikan.
3)
Pelajar
diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut, lalu menirukan
dialog-dialog yang disajikan sampai lancar.
4)
Para
pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog itu dengan teman-temannya secara
bergiliran.
5)
Struktur/
tata bahasa diberikan bukan dengan menganalisa nahwu, melainkan dengan memberikan
contoh-contoh secara lisan yang sedapat mungkin menarik perhatian pelajar untuk
menarik kesimpulan sendiri.
6)
Sebagai
penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir berupa pertanyaan-pertanyaan dialog
yang harus dijawab oleh pelajar sebagaimana pola-pola dialog yng tekah
diajarkan sebelumnya. Jika tidak memungkinkan karena waktu, misalnya, guru
dapat memberikan tugas rumah.
d)
Kelebihan
dan kekurangan metode langsung
Kelebihan
metode langsung:
1)
Dengan
banyaknya peragaan/ demonstrasi, gerakan, penggunan gambar, bahkan belajar di
alam nyata para pelajar bisa mengetahui banyak kosa kata.
2)
Dengan
banyak latihan pengucapan dalam bimbingan guru para pelajar bisa memiliki lafal
yang relatif lebih mendekati penutur asli .[18]
3)
Para
pelajar mendapat banyak latihan dalam bercakap-cakap khususnya mengenai
topik-topik yang sudah dilatih dalam kelas.hal ini dapat membantu mereka dalam
menganalogikan pola-pola percakapan dalam topik-topik lain.
4)
Menjadikan
peserta didik berani mengungkapkan fikirannya dengan bahasa Arab.[19]
Kekurangan metode langsung:
1)
Metode
ini memiliki prinsip-prinsip yang mungkin dapat diterima oleh sekolah-sekolah
yang jumlah pelajarnya tidak banyak. Maka dimungkinkan akan mendapat kesulitan
jika diterapkan di sekolah-sekolah yang jumlah pelajarnya banyak.
2)
Metode
ini membutuhkan guru yang memiliki kemampuan tinggi dan ahli dalam bahasa Arab.
3)
Tidak
banyak memperhatikan perbedaan pribadi peserta didik.
4)
Membutuhkan
kesungguhan dan tenaga yang ekstra banyak dan waktu yang banyak.[20]
5)
Metode
ini menghindari penggunaan bahas ibu dan bahasa kedua atau terjemahan.
3.
Metode
Audiolingual (al-thariqah al-saam’iyyah al-syafawiyyah atau audio lingual
method)
Metode Audiolingual ini merupakan sebuah metode yang
pelaksanaannya terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata,
dialog dan teks bacaan.
Dasar dan prosedur
pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari metode yang telah ada sebelumnya
yaitu metode langsung. Selain itu, tujuan Audio-Lingual pun juga tidak berbeda
dengan metode langsung yaitu untuk menciptakan kompetensi komunikatif dalam
diri siswa.
Sebagaimana diketahui,
pengucapan , susunan serta aspek-aspek lain antara bahasa asing dan bahasa ibu
sangatlah berbeda. Oleh karenanya, dalam pembelajaran bahasa asing (dalam hal
ini bahasa Arab) para siswa diharuskan mengucapkan dan atau membaca
berulang-ulang kata demi kata yang diberikan oleh guru agar sebisa mungkin
tidak terpengaruh dengan bahasa ibu.
Pengulangan-pengulangan
yang dilakukan lama-kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan (habit).
Begitu juga dalam hal melafalkan kata-kata bahasa asing (bahasa Arab), jika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan, siswa
akan secara otomatis dan refleks dapat melakukannya. Sehingga dalam
pelaksanaannya, agar usaha tersebut dapat berjalan lancar maka diperlukan
keseriusan baik dari guru maupun siswa.[21]
a) Ciri-ciri Audio-lingual
1)
Tujuan
pengajarannya adalah untuk menguasai empat keterampilan berbahasa secara
seimbang.
2)
Urutan
penyajiannya ialah dimulai dari menyimak dan berbicara baru kemudian membaca
dan menulis.
3)
Model
kalimat bahasa asing disajikan dalam bentuk percakapan untuk dihafalkan.
4)
Penguasaan
pola kalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola (patternpractice). Latihan
atau drill mengikuti urutan: stimulus > response > reinforcement (rangsangan
- respon – penguatan).[22]
5)
Kosa
kata dibatasi secara ketat dan selalu dihubungkan dengan konteks kalimat atau
ungkapan, bukan sebagai kata-kata lepas yang berdiri sendiri.
6)
Pelajaran
menulis merupakan representasi dari pelajaran berbicara, dalam arti pelajaran
menulis terdiri dari pola kalimat dan kosa kata yang sudah dipelajari secara
lisan.
7)
Penerjemahan
dihindari. Pemakaian bahasa ibu apabila sangat diperlukan untuk penjelasan,
diperbolehkan secara terbatas.
8)
Guru
menjadi pusat dalam kegiatan di kelas, siswa mengikuti (merespon) apa yang
diperintahkan (stimulus) oleh guru.[23]
b) Langkah-langkah penggunaan metode audio-lingual[24]
1)
Pendahuluan,
memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan baik
berupa appersepsi atau teks awal tentang materi atau yang lainnya.
2)
Penyajian
dialog atau bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulangkali, sedangkan
siswa menyimaknya tanpa melihat teks.
3)
Peniruan
dan penghafalan dialog atau bacaan pendek dengan teknik meniru setiap kalimat
secara serentak dan menghafalkannya. Di dalam pelajaran bahasa Arab, teknik ini
disebut dengan teknik “peniruanpenghafalan” (mimicry memorization technique
atau usluub almuhaakaah wal-hifzh).
4)
Penyajian
pola-pola kalimat yang tedapat dalam dialog atau bacaan yang dianggap sulit
karena terdapat struktur atau ungkapan-ungkapan yang sukar. Hal ini bisa
dikembangkan dengan drill (dengan teknik ini dilatih struktur dan kosa kata).
5)
Dramatisasi
dari dialog atau bacaan yang sudah dilatihkan di atas. Siswa yang sudah hafal
disuruh mempergunakannya di depan kelas.
6)
Pembentukan
kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah
dilatihkan.
7)
Penutupan
(jika diperlukan) misalnya dengan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.
Dalam hal ini siswa disuruh berlatih kembali dalam menggunakan pola-pola yang
sudah dipelajari di kelas
c) Kelebihan dan kekurangan metode Audio-lingual
Kelebihan metode Audio-lingual:[25]
1)
Siswa
memiliki keterampilan pelafalan yang bagus.
2)
Siswa
terampil membuat pola-pola kalimat baku yang sudah dilatihkan.
3)
Siswa
dapat melakukan komunikasi lisan dengan baik karena latihan menyimak dan
berbicara yang intensif.
4)
Suasana
kelas menjadi hidup karena para siswa tidak tinggal diam, harus terus menerus
merespon stimulus guru.
Kekurangan metode Audio-lingual:[26]
1)
para
siswa cenderung untuk memberi respon secara serentak seperti “membeo”, dan
sering tidak mengetahui makna yang diucapkannya. Respon ini terlalu mekanistis.
2)
Siswa-siswa
tidak diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat yang dilatih
berdasarkan konteks. Sebagai akibatnya mereka hanya menguasai satu makna dari
suatu kalimat, dan komunikasi hanya dapat lancar apabila kalimat-kalimat yang
digunakan itu diambil dari kalimatkalimat yang sudah dilatihkan di kelas,
bahkan pengajaran struktur kalimat lebih menekankan aspek reseptif.
3)
Sebetulnya
para pelajar tidak berperan aktif tetapi hanya memberikan respon pada
rangsangan yang diberikan oleh guru. Jadi gurulah yang menentukan semua latihan
dan materi pelajaran di kelas. Dialah yang mengetahui jawaban atas semua
pertanyaan yang diajukan di kelas. Dengan kata lain penguasaan kegiatan dalam
kelas dapat disebut “dikuasai sepenuhnya oleh guru”.
4)
Metode
ini berpendirian bahwa jika pada tahap-tahap awal para pelajar tidak atau belum
mengerti makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya, tidak dianggap sebagai hal
yang meresahkan. Selanjutnya dengan menyimak apa yang dikatakan oleh guru,
memberi respon yang benar dan melakukan semua tugas tanpa salah, pelajar sudah
dianggap belajar bahasa tujuan dengan benar.
4. Metode Membaca
a) Konsep dasar metode Membaca[27]
Sasaran utama metode
membaca (thariqah al-qira’ah/ reading method) adalah pelajar
disekolah-sekolah menengah dan mahasiswa di perguruan tinggi. Salah satu tugas
utama mereka adalah memperoleh informasi ilmiah sebanyak-banyaknya dari
teks-teks ilmiah. Satuan bahasa yang tekecil adalah kosakata, dan setiap makna
kosakata akan menentukan makna kalimat, maka kosakata merupakan unsur yang
snagat menentukan bahasa. Dari kemampuan memahami kosakata ini mereka akan
mampu memahami kalimat sampai kepada paragraf, lalu bahasa secara keseluruhan.
Dasar metode membaca
adalah penguasaan bahasa asing dengan memulainya dari penguasaan unsur bahasa
yang terkecil, yaitu kosakata , yag didahului oleh latihan pengucapan yang
benar, lalu pemahaman. Penguasaan unsur bahasa yang terkecil akan menentukan
penguasaan bahasa secara keseluruhan. Sedangkan pengucapan kata dan pelafalan
kalimat yang baik dan benar merupakan modal dasar membaca yang baik dan benar.
b) Langkah-langkah penggunaan metode membaca
1)
Pendahuluan, berkaitan
dengan berbagai hal tentang materi yang akan disajikan baik berupa appersepsi,
atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya.
2)
Pemberian kosakata dan
istilah yang dianggap sukar. Ini diberikan dengan definisi-definisi dan
contoh-contoh dalam kalimat.
3)
Penyajian teks bacaan
tertentu. Teks ini dibaca secara diam (al-qiraah al-shamitah/ silent reading)
selama kurang lebih 10 menit atau disesuaikan dengan alokasi waktu yang
tersedia. Bisa juga guru menugaskan para pelajar untuk membaca teks ini di
rumah masing-masing pelajar sebelum pertemuan ini. Cara ini nampaknya lebih menghemat waktu,
sehingga guru dapat leluasa mengembangkan bacaan di kelas.
4)
Diskusi mengenai isi
bacaan. Langkah ini dapat berupa dialog dengan bahasa pelajar.
5)
Penjelasan tentang tata
bahasa secara singkat jika diperlukan untuk membantu pemahaman pelajar tentang
isi bacaan.
6)
Di akhir pertemuan guru
memberikan tugas kepada para pelajar tentang isi bacaan, misalnya: membuat
rangkuman denagn bahasa pelajar, atau membuat komentar tentang isi bacaan. Jika
dipandang perlu, guru dapat memberikan tugas di rumah untuk membaca teks yang
akan diberikan pad pertemuan selanjutnya.[28]
c) Kelebihan dan kekurangan metode membaca
Kelebihan metode
membaca:
1)
Memberikan kemampuan
membaca yang baik kepada para pelajar bahasa asing baik membaca nyaring yang
melibatkan pengucapan, maupun membaca pemahaman
2)
Membaca yang baik
adalah komunikasi pembaca dengan bahan bacaan. [29]
3)
Metode ini dapat
mengembangkan perasaan maju pada diri peserta didik, karena pasti setiap
peserta didik tidak bisa meninggalkan membaca materi-materi buku-buku bacaan
yang sangat banyak dalam waktu yang ia inginkan.[30]
Kekurangan metode membaca:[31]
1)
Metode membaca mungkin
cocok diberikan kepada para pelajar yang genar membaca, tetapi kurang cocok
bagi mereka yang tidak gemar membaca.
2)
Terlalu menekankan
perhatian kepada kemampuan membaca dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan
pelajar berkomunikasi secara lisan dengan bahasa asing yang dipelajari. Padahal
didalam dunia pendidikan modern, cara mengembangkan ilmu bukan hanya membaca,
ada cara lain yang tidak kalah penting yaitu berdialog atau berdiskusi secara
lisan.
3)
Membaca yang cepat
kadang-kadang hanya memperhatikan aspek kuantitas, sedangkan aspek kualitatis
diabaikan. Ini mengakibatkan pemahaman tidak mendalam terhadap suatu persoalan
dalam bacaan.
5. Metode Gabungan
a) Pengertian
Yang dimaksud dengan
metode gabungan disini adalah bukan menggabungkn semua metode yang ada
sekaligus, melainkan lebih bersifat “tambal sulam”, artinya suatu metode
tertentu dipandang dapat mengatsi kekurangan metode yang lain. [32]
Menurut Dr. Muhammad
Ali Al-Khuli (1986), metode ini didasari atas beberapa asumsi, yaitu:[33]
1)
Setiap metode memiliki
kelebihan. Kelebihan ini bisa dimanfaatkan untuk mengajarakan bahasa asing.
2)
Tidak ada satu pun
metode yang ideal dan sempurna atau salah sama sekali.
3)
Tiga metode sebelumnya
hendaknya dilihat secara positif.
4)
Tidak ada satu pun
metode yang cocok untuk semua tujuan pembelajaran, semua siswa, semua guru, dan
semua jenis pembelajaran asing.
5)
Yang terpenting dalam
proses pembelajaran adalah berpusat pada siswa dan kebutuhannya, bukan
menguasai metode tertentu.
6)
Guru hendaknya merasa
bebas dalam memilih strategi yang paling sesuai dengan kondisi siswanya.
b) Langkah-langkah penggunaan metode lingual
1) Pendahuluan, sebagaimana metode-metode lain
2) Memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rileks dengan tema
kegiatan sehari-harisecara berulang-ulang. Materi ini mula-mula disajikan
secara lisan dengan gerakan-gerakan, dramatisasi-dramatisasi, atau
gambar-gambar.
3) Para pelajar diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut, lalu
menirukan dialog-dialog yang disajikan sampai lancar.
4) Para pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog itu dengan teman-temannya
secara bergiliran.
5) Setelah lancar menerapkan dialog-dialog yang telah dipelajari, maka diberi
teks bacaan yang temanya berkaitan dengan materi sebelumnya. Selanjutnya guru
memberi contoh cara membaca yang baik dan benar, diikuti oleh para pelajar
secara berulang-ulang.
6) Jika terdapat sesuatu kosakata yang sulit, guru memaknainya mula-mula
dengan isyarat, atau gerakan, atau gambar, atau lainnya. Jika tidak
memungkinkan dengan ini semua, guru menerjemahkannya kedalam bahasa Arab.
7) Guru mengenalkan beberapa struktur yang penting dalam teks bacaan, laulu
membahasnya seperlunya.
8) Guru menyuruh siswa menelaah bacaan, lalu mendiskusikan isinya.
9) Sebagai penutup, jika diperlukan, evalusai akhir berupa
pertanyaan-pertanyaan tentang isis bacaan yang telah dibahas.[34]
c) Kelebihan dan kekurangan
1) Kelebihan metode ini adalah keelastisannya, dimana seorang guru bisa
memilih kelebihan-kelebihan dari setiap metode pembelajaran yang sesuai dengan
kegiatan pembelajaran bahasa, serta bisa menarik perhatian peserta didik dalam
pembelajaran bahasa Arab.[35]
2) Kelemahan metode ini adalah penerapannya sangat bergantung dari kemampuan
guru, karena metode ini menuntut adanya guru yang segala bisa dan energik.
Begitu juga dipihak pelajar. Biasanya kegiatan yang terlalu banyak malah
menimbulkan kejenuhan belajar, apalagi jika materi yang dibawakan terlalu
monoton.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan
sebelumnya penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Metode pembelajaran bahasa Arab adalah cara yang digunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa saat berlangsungnya pengajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar mampu mengetahui,
memahami serta mengembangkan kemampuan mereka dalam mata pelajaran bahasa Arab.
2. Terdapat beberapa macam metode pembelajarann bahasa asing termasuk bahasa
Arab. Diantaranya antara lain:Metode Nahwu
Wa Tarjamah (Grammar and Translation Methold)
a) Metode Nahwu Wa Tarjamah (Grammar and Translation Methold)
b) Metode langsung
c) Metode Audio-lingual
d) Metode Membaca
e) Metode Gabungan
3. Karakteristik dari beberapa metode tersebut antara lain:
a) Metode Nahwu Wa Tarjamah (Grammar and Translation Methold)
lebih menitik beratkan pada pengajaran skill membaca, menulis dan
menerjemah.
b) Metode langsung
1)
Metode
psikologi (al-thariqah al-sikulujiyyah/ psychological method). Disebut
metode psikologi karena proses pembelajarannya didasarkan atas pengamatan
perkembangan mental dan asosiasi pikiran
2)
Metode
fonetik (al-thariqah al-shautuyyah/ phonethic method). Metode ini
dikenal juga dengan metode ucapan (al-thariqah al-nuthqiyyah/ oral method).
Disebut metode fonetikkarena materi pelajaran ditulis dalam nitasi fonetik,
bukan ejaan seperti yang lazim digunakan.
3)
Metode
alamiah (al-thariqah al-thab’iyyah/ natural method). Metode ini
merupan kelanjutan dari metode fonetik. Disebut alamiah karena belajar bahasa
Asing disamakan seperti belajar bahasa ibu. Belajar bahasa ibu biasanya
berdasarkan kepada perilaku atau kebiasaan sehari-hari yang berlangsungsecara
alamiah.
c)
Metode
Audio-lingual
Metode
Audiolingual ini merupakan sebuah metode yang pelaksanaannya terfokus pada
kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog dan teks bacaan. Dasar dan prosedur pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari
metode yang telah ada sebelumnya yaitu metode langsung. Selain itu, tujuan
Audio-Lingual pun juga tidak berbeda dengan metode langsung yaitu untuk menciptakan
kompetensi komunikatif dalam diri siswa.
d)
Metode gabungan
Metode ini didasari
atas beberapa asumsi, yaitu :
7)
Setiap metode memiliki
kelebihan. Kelebihan ini bisa dimanfaatkan untuk mengajarakan bahasa asing.
8)
Tidak ada satu pun
metode yang ideal dan sempurna atau salah sama sekali.
9)
Tiga metode sebelumnya
hendaknya dilihat secara positif.
10) Tidak ada satu pun metode yang cocok untuk semua tujuan pembelajaran, semua
siswa, semua guru, dan semua jenis pembelajaran asing.
11) Yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah berpusat pada siswa dan
kebutuhannya, bukan menguasai metode tertentu.
12) Guru hendaknya merasa bebas dalam memilih strategi yang paling sesuai
dengan kondisi siswanya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Hamid dkk., Pembelajaran Bahasa Arab (Pendekatan, metode, strategi, materi
dan
media), (Malang:
UIN-Malang Press, 2008)
Acep
Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011)
Agnista, Pengertian metode Audiolingual, diakses dari
http://aginista.blogspot.com/2013/01/metode-pembelajaran_20.html
Al-habib,
Metode pembelajaran bahasa Arab. Diakses dari
http://el-habeeb.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Darwyn
Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Gaung
Persada Pers, 2007)
Fathur
Rohman, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Madani Kelompok
Intrans Publishing, 2015)
Kholid, Metode pembelajaran bahasa Arab, diakses dari
https://kholid1993.wordpress.com/2015/05/22/metode-pembelajaran-bahasa-arab/
KHOTIMAH, METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI SMP YA BAKII 2
KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP TAHUN PELAJARAN
2012/2013
Muhammad Ali AL-Khuli, Asalib Tadris al-lugha al-Arabiyah,
(Riyadh: Mamlakah al-
Arabiyah
al-Saudiyah, 1986)
Munasib,
METODE AUDIO LINGUAL (AUDIO-LINGUAL METHOD) DAN
PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB, Jurnal Tarling Vol. 1 No. 1, (Purwokerto: IAIN Purwokerto)
Musthafa, Bisri, dan Abdul Hamid, Metode dan Strategi
Pembelajaran Bahasa Arab,
(Malang: UIN Maliki Press, 2012)
Rusydi
Ahmad Thaimah, Ta’lim al-Arabiyah li ghairi al-Nathiqin biha, (Mesir:
Jami’ah al-
Manhurah, 1989)
[1] Darwyn Syah, Perencanaan
Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Pers,
2007), hal.133
[2] Abdul Hamid,
Uril Baharudin, Bisri Mustofa, Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan, Metode,
Strategi, Materi,dan Media, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hal. 3
1
[3]
KHOTIMAH, METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI
SMP YA BAKII 2 KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013,
(Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2013), hal. 6
[4] KHOTIMAH, METODE
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI SMP YA BAKII 2 KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP TAHUN
PELAJARAN 2012/2013, hal. 7
[5] KHOTIMAH, METODE
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI SMP YA BAKII 2 KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP TAHUN
PELAJARAN 2012/2013, hal. 8
2
[6] Metode pembelajaran bahasa Arab.
Diakses dari http://el-habeeb.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html, pada 2019-04-05, pukul 15:18
3
[7] Musthafa,
Bisri, dan Abdul Hamid, Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab,
(Malang: UIN Maliki Press, 2012), hal. 25
[8] Muhammad Ali
AL-Khuli, Asalib Tadris al-lugha al-Arabiyah, (Riyadh: Mamlakah
al-Arabiyah al-Saudiyah, 1986), hal. 21
[9] Rusydi Ahmad
Thaimah, Ta’lim al-Arabiyah li ghairi al-Nathiqin biha, (Mesir: Jami’ah
al-Manhurah, 1989), hal. 127
[10] Acep
Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2014), Cetakan keempat, hal.173
4
[11] Acep Hermawan,
metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
2014), cetakan keempat, hal. 175
[12] Fathur Rohman,
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Madani Kelompok
Intrans Publishing, 2015), cetakan
pertama, hal. 148
[13] Abdul Hamid,
Uril Baharuddin dan Bisri Mustofa, Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan,
Metode, Strategi, Materi dan Media, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hal.
21
[14] Fathur Rohman, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Madani Kelompok Intrans Publishing, 2015), cetakan pertama, hal.
149-150
5
[15] Fathur Rohman, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Madani Kelompok Intrans Publishing, 2015), cetakan pertama, hal.
151-152
[16] Acep Hermawan, metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cetakan
keempat, hal. 179-180
7
[17] Acep Hermawan, metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cetakan
keempat, hal. 181
8
[18] Acep Hermawan, metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cetakan
keempat, hal. 183
[19] Fathur Rohman, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Madani Kelompok Intrans Publishing, 2015), cetakan pertama, hal. 156
[20] Fathur Rohman, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Madani Kelompok Intrans Publishing, 2015), cetakan pertama, hal. 158
9
[21] Pengertian
metode Audiolingual, diakses dari http://aginista.blogspot.com/2013/01/metode-pembelajaran_20.html,
pada 2019-04-08, pukul 19:00
10
[22]
Munasib, METODE AUDIO LINGUAL (AUDIO-LINGUAL METHOD) DAN PENERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB, Jurnal Tarling Vol. 1 No. 1(Purwokerto: IAIN
Purwokerto), hal. 81
[23]
Munasib, METODE AUDIO LINGUAL (AUDIO-LINGUAL METHOD) DAN PENERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB, Jurnal Tarling Vol. 1 No. 1(Purwokerto: IAIN
Purwokerto), hal. 82
[24] Acep Hermawan, metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cetakan
keempat, hal. 189-190
11
[25]
Munasib, METODE AUDIO LINGUAL (AUDIO-LINGUAL METHOD) DAN PENERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB, Jurnal Tarling Vol. 1 No. 1, (Purwokerto: IAIN
Purwokerto), hal. 86
[26] Acep Hermawan, metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cetakan
keempat, hal. 191
12
[27] Acep Hermawan, metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cetakan
keempat, hal. 193
13
[28] Acep Hermawan, metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cetakan
keempat, hal. 194
[29] Acep Hermawan, metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cetakan
keempat, hal. 195
[30] Fathur Rohman, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Madani Kelompok Intrans Publishing, 2015), cetakan pertama, hal. 186
[31] Acep Hermawan, metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cetakan
keempat, hal. 195-196
14
[32] Acep Hermawan, metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cetakan
keempat, hal. 196
[33]
Metode pembelajaran bahasa Arab, diakses dari https://kholid1993.wordpress.com/2015/05/22/metode-pembelajaran-bahasa-arab/,
pada pada 2019-04-05, pukul 15:27
15
[34] Acep Hermawan, metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cetakan
keempat, hal. 198
[35] Fathur Rohman, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Madani Kelompok Intrans Publishing, 2015), cetakan pertama, hal. 256
16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar