HIJRAH
NABI MUHAMMAD SAW DARI MAKKAH KE MADINAH
Makalah
Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Semester 4 B
Disusun
Oleh:
RISIANI LA DILA 17010102039
NOVIANTI 17010102038
LM AKRAMMULLAH NASIRU 17010102062
PENDIDIKAN
BAHASA ARAB
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI [IAIN] KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt., atas limpahan Rahmat dan
Hidayahnya-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan, Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa peradaban ilmu pengetahuan sehingga sampai kepada kita saat ini, adapun
judul makalah kami adalah “Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah Ke
Madinah”. Dengan adanya
makalah ini diharapkan dapat memotifasi terciptanya komunitas lingkungan
belajar. Dosen tidak lagi menjadi sentral dan penentu segala keputusan yang
terkait dengan pembelajaran. Akan
tetapi kreativitas serta keterlibatan mahasisiwa dalam keseluruhan aspek
pembelajaran menjadi target yang harus diprioritaskan.
Dalam
penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya dan pembahasannya
yang kurang akurat dan sistematis. Oleh karena itu kami selaku penyusun makalah
dengan sangat mengharap untuk diberikan kritikan dan saran-saran yang bersifat
membangun sehingga kami dapat lebih baik lagi dalam penyusunan makalah dan
termotivasi untuk lebih mengembangkan kemampuan kami masing-masing.
Pada
akhirnya, kami mohon maaf dan mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang ikut andil dalam penyusunan makalah ini, kemudian lebih lagi
kepada Bapak Dosen Pengampu kami ucapkan terimakasih.
Kendari, 12 Mei 2019
Penyusun
DAFTAR
ISI
B. PERJALANAN HIJRAH NABI
MUHAMMAD SAW
C. HIKMAH DAN TELADAN DARI MISI NABI
MUHAMMAD SAW...
BAB I
PENDAHULUAN
Selama 13 tahun hidup di kota
Mekah, Rasulullah saw. Serta para pengikutnya sering mengalami cobaan besar dan
siksaan yang sangat pedih, disamping itu hak kemerdekaan mereka dirampas,
mereka diusir dan harta benda mereka disita. Siksaan pedih berupa dera cambuk
yang sangat meresahkan para sahabat dan kaum muslimin pada umumnya. Badan
mereka dipanggang, kabel sejenis serabut diikiatkan pada tubuh karena tidak mau
tunduk kepada selain Allah, Itulah tekanan yang sangat dasyat dialami
Rasulullah beserta pengikutnya selama menyampaikan dakwah demi tersebarnya
risalah tauhid di tengah – tengah kaum kafir Quraisy. Denga sikap kaum
Quraisy yang berkecamuk maka Rasulullah beserta kaum muslimin hijrah untuk
menyelamatkan diri serta menyelamatkan agama tauhid, risalah kebenarannya yang
sedang berada dalam tanggung jawabnya dengan tujuan untuk mencari temapat
yang kondusif untuk selanjutnya menyusun kekuatan baru demi tercapainya
kemenangan yang tertunda.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dirumuskan beberapa
masalah, sebagai berikut :
1.
Bagaiamakah perjalanan
hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah?
2.
Apakah hikmah yang
terkandung dalam hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah?
3.
Apa yang dimaksud dengan
Piagam Madinah?
Adapun tujuan dari
pembahasan ini yakni :
1. Agar dapat mengetahui sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari
Makkah ke Madinah.
2. Agar dapat mengetahui hikmah dari perjalanan Nabi Muhammad SAW
dari Makkah ke Madinah.
3. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Piagam Madinah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN HIJRAH
Hijrah berasal dari bahasa arab “ هِجْرَة”
yang artinya: pindah, menjauhi atau menghindari. Kerasnya sesuatu (الهجر الهجير الهاجرة);
berarti tengah hari di waktu panas sangat menyengat (keras).
Secara bahasa “Hijrah” itu adalah
Menjauhi sesuatu dengan sangat keras karena adanya ketidak setujuaan dan
kebencian.
Hijrah adalah Pindah, meninggalkan,
menjauhi atau berpisah dari sesuatu dengan kebencian, menuju sesutu yang
dia sukai atau cintai, bukan pindah atau berpisah biasa biasa saja seperti
pindah rumah.
Dijauhinya sesuatu tersebut karena
sesuatu tersebut mengandung Kekotoran / najis yang tidak disukainya
Meninggalkan pindah dari sesuatu
tersebut bisa berarti secara fisik (pindah tempat) atau
Fsikis.[1]
B.
PERJALANAN
HIJRAH NABI MUHAMMAD
a.
Rasulullah SAW di Makkah
Setelah selesai keputusan keji yaitu menghabisi Nabi saw, malaikat jibril
a.s. turun membawa wahyu rabbaya memberi tahukan kepada beliau konspirasi
Quraisy, dan Allah SWT telah mengizinkan untuk berhizrah pada waktu yang telah
di tentukan. Jibril berkata, “pada malam ini engkau jangan tidur di tempat
tidurmu, yang biasa engkau pakai.
Setelah menetapkan jalur hijrah, beliau SAW kembali kerumahnya menunggu
datangnya malam hari. Selama tujuh hari terus-menerus rombongan Rasululloh Saw
berjalan, mengaso di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi
sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir dengan perasaan kuatir. Hanya
karena adanya iman kepada Allah Swt membuat hati dan perasaan mereka terasa
lebih aman.
Ketika sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula Buraida
kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan kuatir dalam hatinya
mulai hilang. Jarak mereka dengan Madinah kini sudah dekat.
Selama mereka dalam perjalanan
yang sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang Hijrah Nabi Muhammad SAW dan
sahabatnya yang akan menyusul kawan-kawan yang lain, sudah tersiar di Madinah.
Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini mengalami kekerasan
dari Quraisy yang terus-menerus membuntuti. Oleh karena itu semua kaum Muslimin
tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasululloh dengan hati penuh
rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur katanya. Banyak di antara
mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun sudah mendengar tentang
keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta keteguhan pendiriannya. Semua
itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu, ingin melihatnya.[2]
b.
Masyarakat Madinah
Tersebarnya Islam di Madinah dan keberanian kaum Muslimin di kota itu
sebelumhijrah Nabi ke tempat tersebut sama sekali di luar dugaan kaum Muslimin
Mekah. Beberapa pemuda Muslimin bahkan berani mempermainkan berhala-berhala
kaum musyrik di sana. Seseorang yang bernama ‘Amr bin’l-Jamuh mempunyai sebuah
patung berhala terbuat daripada kayu yang dinamainya Manat, diletakkan di
daerah lingkungannya seperti biasa dilakukan oleh kaum bangsawan. ‘Amr ini
adalah seorang pemimpin Banu Salima dan dari kalangan bangsawan mereka pula.
Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu masuk Islam malam-malam mereka mendatangi
berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan kepalanya ke dalam sebuah lubang
yang oleh penduduk Madinah biasa dipakai tempat buang air.
Bila pagi-pagi berhala itu tidak ada ‘Amr mencarinya sampai diketemukan
lagi, kemudian dicucinya dan dibersihkan lalu diletakkannya kembali di tempat
semula, sambil ia menuduh-nuduh dan mengancam. Tetapi pemuda-pemuda itu
mengulangi lagi perbuatannya mempermainkan Manat ‘Amr itu, dan diapun setiap
hari mencuci dan membersihkannya. Setelah ia merasa kesal karenanya, diambilnya
pedangnya dan digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: “Kalau kau
memang berguna, bertahanlah, dan ini pedang bersama kau.” Tetapi keesokan harinya
ia sudah kehilangan lagi, dan baru diketemukannya kembali dalam sebuah sumur
tercampur dengan bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi.
Sesudah kemudian ia diajak bicara oleh beberapa orang pemuka-pemuka
masyarakatnya dan sesudah melihat dengan mata kepala sendiri betapa sesatnya
hidup dalam syirik dan paganisma itu, yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa
manusia ke dalam jurang yang tak patut lagi bagi seorang manusia, ia pun masuk
Islam.
c.
Sampai Di Madinah
Demikanlah akhirnya rombongan Rosululloh selamat sampai Madinah. Hari itu
adalah hari Jum’at dan Muhammad berjum’at di Madinah. Di tempat itulah, ke
dalam mesjid yang terletak di perut Wadi Ranuna itulah kaum Muslimin datang,
masing-masing berusaha ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan
hati terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati yang sudah
penuh cinta dan rangkuman iman akan risalahnya, dan yang selalu namanya disebut
pada setiap kali sembahyang. Orang-orang terkemuka di Medinah menawarkan diri
supaya ia tinggal pada mereka.[3]
d.
Proses Masuknya agama Islam ke Madinah dan Hijrahnya Nabi ke Madinah
Ketika Nabi masih
berada di Mekkah, banyak dari penduduk Yatsrib sering melaksanakan Ibadah Haji
ke kota Mekkah. Kesempatan ini digunakan oleh Nabi untuk mengajak penduduk
Yatsrib yang datang ke Mekkah untuk masuk Islam Akhirnya, setiap orang Yatsrib
yang datang ke Mekkah menyatakan masuk Islam. Bahkan, pada tahun 621 M Nabi
menemui rombongan haji dari Yatsrib yang berjumlah 12 orang di bukit aqabah dan
melakukan perjanjian. Perjanjian ini disebut “Perjanjian Aqabah I” yang isinya:
1.
Penduduk Yatsrib akan setia melindungi Nabi
2.
Rela berkorban harta dan jiwa
3.
Tidak akan menyekutukan Allah
4.
Tidak membunuh dan berdusta
5.
bersedia membantu menyebarkan Islam
e. Usaha-usaha Yang Dilakukan Rosululloh Setelah Berada Di Madinah
1.
Mendirikan Masjid
· Masjid yang pertama kali
didirikan oleh Nabi di Madinah adalah Masjid Nabawi.
· Masjid ini dibangun di
atas tanah yang dibeli Nabi dari dua orang miskin bernama Sahl bin Amr dan
Suhail bin Amr.
· Pendirian masjid ini
dimaksudkan selain sebagai pusat Ibadah dan dakwah Islam, namun juga berperan
sebagai tempat bermusyawarah kaum Muslimin, tempat untuk mempersatukan kaum
Muslimin, bahkan dijadikan sebagai pusat pemerintahan.
· Di salah satu penjuru
masjid disediakan tempat tinggal untuk orang-orang miskin yang tidak mempunyai
tempat tinggal, mereka dinamai Ahlus-Suffah.
· Selanjutnya, dimulailah
pembangunan jalan raya di sekitar masjid, sehingga lama-kelamaan tempat itu
menjadi pusat kota dan pemukiman serta perniagaan.
· Pesatnya pembangunan di
sekitar masjid Nabawi menyebabkan banyak pendatang dari luar Madinah.
2.
Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshor
· Cara ini dilakukan Nabi
untuk mengokohkan persatuan Umat Islam di Madinah.
· Persaudaraan ini
didasarkan atas persaudaraan seagama dan bukan atas dasar kesukuan.
· Sebagai contoh, Nabi
mempersaudarakan Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Zaid bekas budaknya, Abu
Bakar bersaudara dengan Kharija bin Zaid, dan Umar bin Khattab bersaudara
dengan 'Itban bin Malik Al-Khazraji.
· Kaum Muhajirin kemudian
banyak yang menjadi pedagang dan petani. Di antaranya Abdurrahman bin Auf
menjadi pedagang, sedangkan Umar bin Khottob dan Ali bin Abi Tholib menjadi
petani.
3.
Membuat perjanjian damai antara Kaum Muslimin dan Kaum Yahudi
Perjanjian damai ini dilakukan untuk
menciptakan rasa damai dan tenteram bagi masyarakat Madinah, baik yang Muslim
atau yang bukan Muslim. Dari sini maka Nabi membuat peraturan-peraturan yang
disebut dengan “Piagam Madinah” yang isinya antara lain:
1)
Kaum Muslim dan Yahudi akan hidup berdampingan dan bebas menjalankan
agamanya masing-masing.
2)
Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka yang lain wajib membantu.
3)
Apabila terjadi perselisihan antara keduanya, penyelesaian diserahkan
kepada Nabi Muhammad SAW selaku pemimpin tertinggi di Madinah.
4)
Dalam Piagam Madinah tersebut terdapat beberapa asas, yaitu: asas
kebebasan beragama, asas persamaan, asas keadilan, asas perdamaian dan asas
musyawarah.
5)
Meletakkan Dasar-dasar Pemerintahan, Ekonomi dan Kemasyarakatan
6)
Dalam bidang pemerintahan diterapkan prinsip musyawarah (demokrasi),
yaitu dalam memutuskan masalah harus bermusyawarah terlebih dahulu.
·
Dalam bidang ekonomi diterapkan asas koperasi, yaitu tiap-tiap Muslim
harus saling membantu.
·
Dalam kehidupan bermasyarakat diterapkan asas keadilan, harus saling
tolong menolong, menghargai persamaan hak dan kewajiban sesama Muslim, tidak
ada perbedaan pangkat, harta dan keturunan, harus mengasihi dan memelihara anak
yatim, menyantuni janda-janda.
Dengan demikian, maka berdirilah kota Madinah sebagai kota terbesar di
Jazirah Arab dengan kemegahan yang ditampilkannya.
Pada
masa ini, masyarakat Muslim berkembang menjadi masyarakat besar dan menjadi
pusat untuk kegiatan perekonomian, perdagangan dan pertanian.[4]
f.
Perjuangan Nabi Muhammad SAW Dan Para Sahabat Di Madinah
Sejak hijrah ke Madinah, selama kurang lebih
10 tahun, Nabi dan para sahabatnya berdakwah kepada penduduk Madinah tanpa
mengenal lelah, dan tidak pernah putus asa. Kebanyakan penduduk Madinah,
terutama suku Aus dan Khazraj, menerima dakwah Nabi tersebut. Akan tetapi,
dalam perjalanan dakwahnya, Nabi menemui rintangan, khususnya dari orang-orang
Yahudi yang tidak senang dengan keberhasilannya. Salah seorang Yahudi Munafik
yang tidak senang adalah Abdullah bin Ubay. Ia selalu melaporkan kegiatan Nabi
di Madinah kepada kaum kafir Quraisy di Mekkah, sehingga pada masa-masa
kemudian terjadilah banyak peperangan dengan kaum kafir Quraisy Mekkah.
Beberapa Peperangan Yang Terjadi Ketika Nabi Berada Di Madinah
1.
Perang Badar
2.
Perang Uhud
3.
Perang Khandaq
Selain empat perang di atas, ada beberapa
peperangan lagi yang terjadi antara umat Islam dengan kaum kafir yaitu:
1.
Perang Khaibar
2.
Perang Mu’tah
3.
Perang Tabuk.
Di samping peperangan, Nabi Dan Para
Sahabatnya juga melakukan beberapa usaha dan berhasil dengan baik Dalam
Menghadapi Kaum Kafir, Yaitu:
1)
Mengadakan Perjanjian Hudaibiyah dengan orang-orang Kafir Qurays di
Mekkah.
2)
Perjanjian ini berlangsung pada bulan Zulkaidah tahun 6 H atau 628 M di
daerah Hudaibiyah.
3)
Asal mula terjadinya perjanjian ini adalah adanya keinginan kaum
Muhajirin untuk beribadah haji dan menengok saudara mereka di Mekkah yang
selama enam tahun tidak bertemu.
Penaklukkan kota
Mekkah yang dilakukan Nabi dan pengikutnya itu tanpa ada pertumpahan darah dan
peperangan, sehingga penduduk kota Mekkah pun banyak yang masuk Islam termasuk
pemimpin kafir Quraisy Abu Sufyan ikut masuk Islam. Saat itulah turun Qur’an
Surat An Nashr ayat 1-5 Ketika terjadi
fathul Makkah ini, Nabi berpidato di hadapan masyarakat yang isinya:
1.
Barang Siapa yang menutup pintu rumahnya, rapat- rapat maka ia aman.
2.
Barang siapa yang masuk ke Masjdil Haram, maka ia aman.
3.
Barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia aman.[5]
C. HIKMAH DAN TELADAN DARI MISI NABI MUHAMMAD SAW
Dalam MembangunMasyarakat Madinah
Melakukan hijrah (pindah) ke tempat yang dianggap lebih memberi harapan untuk
mengembangkan masyarakat Islam yang lebih maju merupakan suatu kemestian yang
harus dilakukan. Nabi melakukan Hijrah
ke Madinah adalah untuk menyusun kekuatan dan menarik banyak pengikut agar
dakwah Islam berjalan sesuai yang diharapkan dan masyarakat Islam semakin
kokoh. Dari hijrah ini, Nabi berhasil membangun masyarakat Islam menuju pada
kemajuan, kesejahteraan, dan kedamaian, baik di bidang sosial, ekonomi maupun
politik. Keberhasilan yang telah dicapai
ini memerlukan perjuangan yang panjang dan kadang harus dilakukan dengan cara
kekerasan (jihad atau berperang). Dengan demikian, hikmah dan teladan yang
dapat diambil dan ditiru dari perjuangan Nabi di Madinah tersebut di antaranya
adalah:
1.
Ketabahan dalam menerima cobaan
Nabi Muhammad SAW dan para
sahabat melakukan hijrah ke Madinah merupakan akibat dari kekejaman kaum kafir
Quraisy terhadap kaum Muslimin. Mereka pergi berhijrah dengan meninggalkan
segala yang ada di Mekkah, antara lain sanak famili, harta benda dan juga
kampung halaman. Rasa berat pada diri kaum Muslimin meninggalkan kampung
halaman ternyata sirna oleh keimanan mereka yang kuat dan kecintaan yang tulus
terhadap Nabi Muhammad SAW. Mereka tabah dan ikhlas dalam menerima cobaan ini.
Oleh karena itu, apapun keadaannya, situasinya apakah senang atau susah, iman
harus senantiasa melekat di hati kita.
2.
Cerdas dalam mengambil keputusan
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang memiliki
kecerdasan y luar biasa dalam mengambil keputusan dan tindakan.
BAB III
Hijrah telah membawa akibat-akibat yang lebih jauh:
1.
Dari peristiwa ini, terjadi perubahan sosial. Islam sebagai sebuah
kelompok/golongan didalam masyarakat telah berkembang menjadi sebuah kesatuan
ummat islam. Maka sirnalah diskriminasi atas dasar warna kulit, kredo, ataupun
kekayaan. Semua muslim setara/egaliter.
2.
Menurut para ahli sejarah muslim, rasulullah (saw) tiba di quba‘ pada
tanggal 16 juli 632 m. Yang mana berada dalam bulan muharram, dari sinilah
dimulainya perhitungan kalender hijriyah.
3.
Adalah di madinah, diletakkan dasar-dasar khilafah (pemerintahan) islam.
Peristiwa bersejarah berupa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama dengan
kelompok yahudi dan beberapa suku yang lain menjadi panduan bagi
generasi-generasi yang kemudian.
4.
Diantara sekian banyak sahabat nabi (saw), beliau memilih abu bakar (ra)
sebagai teman dalam perjalanan hijrah. Hal ini di abadikan didalam al-quran,
surah at-taubah. Ini merupakan penghargaan paling utama bagi abu bakar (ra).
5.
Setiap orang yang berpola-pikir adil dan terbuka, dari tulisan ini dapat
mengambil kesimpulan bahwa abu bakar (ra) telah memiliki peranan yang amat
penting dalam peristiwa hijrah. Maka sungguh amat menyedihkan bahwasanya
sebagian orang masih menilai secara tidak adil terhadap diri sahabat yang
demikian dihormati ini
Alrasyikh al-mahktum, Muhammad
husain haekal, Sejarah Hidup Muhammad, umul qura. 2015
Dr. Mahdi
Rizkullah Ahmad. Biografi Rasullulah, Qisthi press. 2014
Dr. Abdul Mun’im
Al-hafni, Ensiklopedia Muhammad Saw. 2012
Frof. Dr.
Komaruddin hidayat, Madinah 2010
Ali syarfati,
Rasulluah Saw sejak hijrah hingga wafat. 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar